Tana Toraja adalah sebuah nama daerah dengan status Daerah Tingkat II di kawasan Prop. Sulawesi Selatan, terbentang mulai dari Km.280 s/d Km.355 dari sebelah utara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan (Makassar.) Tepatnya pada 2° - 3° LS dan 199° - 120° BT, dengan luas sekitar 3.205,77 Km2 atau sekitar 5% dari luas Prop. Sulawesi Selatan.
Tana Toraja berbatasan dengan wilayah:
Sebelah utara: Kabupaten Mamuju dan Kab. LuwuSebelah timur: Kab. LuwuSebelah Selatan: Kab. Enrekang dan Kab. PinrangSebelah Barat: Kab. Polewali Mamasa
Kondisi Topografi daerah Tana Toraja berada di daerah pegunungan, berbukit dan berlembah; terdiri dari 40% pegunungan dengan memiliki ketinggian antara 150 m s/d 3.083 m diatas permukaan laut (dataran tinggi 20%, dataran rendah 38%, rawa rawa dan sungai 2%), dengan perincian sebagai berikut:
18.425 Ha pada ketinggian 150 - 500 M = 5,80 %143.314 Ha pada ketinggian 501 - 1000 M = 44,70 %118.330 Ha pada ketinggian 1000 - 2000 M = 36,90 %40.508 Ha ketinggian lebih dari 2000 M = 12,60 %
Bagian terendah Kabupaten Tana Toraja berada di kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan bagian tertinggi berada di kecamatan Rindinggallo, dengan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15° c - 28° c dengan kelembaban udara antara 82-86%.
Curah Hujan : 1500 mm/tahun s.d lebih dari 3500 mm/tahun.
Keadaan Geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak dipengaruhi oleh formasi bebatuan dari Gunung Latimojong yang mencakup luas wilayah sekitar 1.565,69 ha atau 48,84% yang terdiri dari jenis bebatuan soprin coklat kemerah-merahan, soprin napalan abu-abu, Batu Gamping dan Batu Pasir kwarsit serta Gradorir Diorir dan lain sebagainya.
Jenis tanah berupa : Tanah Alluvial Kelabu, Brown Forest, Mediteran, dan Podsolit Merah Kuning
Panorama indah gunung-gunung, hutan dan sungai yang bersumber dari mata air pegunungan membasahi persawahan menandakan Kabupaten Tana Toraja merupakan daerah Agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencarian di sektor Perkebunan dan Pertanian, yang didukung oleh kondisi tanah yang subur untuk tanaman musiman seperti buah-buahan dan sayur-mayur serta jenis tanaman keras seperti cengkeh, coklat, vanili, lada dan kopi.
Hutan
Hutan di Tana Toraja yang membentang hijau mulai dari Utara sampai ke Selatan berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir ataupun sebagai hidrologi tercatat seluas 156.906 ha terdiri dari hutan lindung 138.101 ha dan hutan produksi 18,805 ha. Sektor kehutanan ini sangat memungkinkan untuk pengembangan menjadi hutan wisata sebagai salah satu paket ekowisata/ekotourisme.
Menurut klasifikasi fungsi hutan, maka di Tana Toraja terdapat beberapa kawasan hutan yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan wisata, yaitu: Kawasan Hutan wisata Nanggala dibagian Utara/Timur, Kawasan Hutan Wisata Mapongka di iselatan, Kawasan Hutan Wisata Messila di Barat serta Kawasan Hutan Rakyat yang tersebar diseantero kabupaten Tana Tnraja yang belum digunakan secara maksimal hingga saat ini.
Prospek hutan ini sangat menjanjikan untuk dijadikan kawasan wisata alam, seperti Trekking, kemping (bumi perkemahan), maupun ekowisata, sehingga dalam pengembangannya tidak perlu merusak lingkungan/ekosistem yang ada bahkan bisa ditingkatkan sebagai kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup.
SUNGAI
Keberadaan sungai di Tana Toraja sangat potensial untuk dikembangkan bagi kepentingan pariwisata tirta dan alam, selain airnya yang jernih juga memiliki alur Sungai yang sangat menarik dan menantang. Sehingga sungai di Tana Toraja sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai sarana wisata Tirta/alam dan Rafting (Arung Jeram). Sungai yang teridentifikasi potensi wisata adalah Sungai Sa'dan, Sungai Mai'ting, Sungai Saluputti, Sungai Maulu, Sungai Toriu, Sungai Sarambu.
FLORA dan FAUNA
Jenis Flora yang ada di kabupaten Tana Toraja adalah Flora Endemik dan Flora hasil budidaya. Flora Eademik antara lain uru, nato buangin, enau dan berbagai jenis bambu, kopi arabika dan terung toraja. Sedangkan Flora yang dibudidayakan antara lain cemara, padi, ubi kayu, markisa, kentang, tomat, bawang, kubis, cengkeh, kakao, dan lain-lain. Kedua jenis Flora yang ada tersebut sangat berpotensi serta memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, misalnya: kopi jenis arabika, bambu dan buah markisa.
Adapun faunanya yang dapat ditemui antara lain musang, anoa. kuskus, babi hutan, rusa, kerbau, berbagai jenis burung seperti burung hantu, gagak, ranggong, bangau dan lain lain.
Tana Toraja berbatasan dengan wilayah:
Sebelah utara: Kabupaten Mamuju dan Kab. LuwuSebelah timur: Kab. LuwuSebelah Selatan: Kab. Enrekang dan Kab. PinrangSebelah Barat: Kab. Polewali Mamasa
Kondisi Topografi daerah Tana Toraja berada di daerah pegunungan, berbukit dan berlembah; terdiri dari 40% pegunungan dengan memiliki ketinggian antara 150 m s/d 3.083 m diatas permukaan laut (dataran tinggi 20%, dataran rendah 38%, rawa rawa dan sungai 2%), dengan perincian sebagai berikut:
18.425 Ha pada ketinggian 150 - 500 M = 5,80 %143.314 Ha pada ketinggian 501 - 1000 M = 44,70 %118.330 Ha pada ketinggian 1000 - 2000 M = 36,90 %40.508 Ha ketinggian lebih dari 2000 M = 12,60 %
Bagian terendah Kabupaten Tana Toraja berada di kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan bagian tertinggi berada di kecamatan Rindinggallo, dengan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15° c - 28° c dengan kelembaban udara antara 82-86%.
Curah Hujan : 1500 mm/tahun s.d lebih dari 3500 mm/tahun.
Keadaan Geologi Kabupaten Tana Toraja lebih banyak dipengaruhi oleh formasi bebatuan dari Gunung Latimojong yang mencakup luas wilayah sekitar 1.565,69 ha atau 48,84% yang terdiri dari jenis bebatuan soprin coklat kemerah-merahan, soprin napalan abu-abu, Batu Gamping dan Batu Pasir kwarsit serta Gradorir Diorir dan lain sebagainya.
Jenis tanah berupa : Tanah Alluvial Kelabu, Brown Forest, Mediteran, dan Podsolit Merah Kuning
Panorama indah gunung-gunung, hutan dan sungai yang bersumber dari mata air pegunungan membasahi persawahan menandakan Kabupaten Tana Toraja merupakan daerah Agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencarian di sektor Perkebunan dan Pertanian, yang didukung oleh kondisi tanah yang subur untuk tanaman musiman seperti buah-buahan dan sayur-mayur serta jenis tanaman keras seperti cengkeh, coklat, vanili, lada dan kopi.
Hutan
Hutan di Tana Toraja yang membentang hijau mulai dari Utara sampai ke Selatan berfungsi sebagai pelindung mata air, pencegah erosi dan banjir ataupun sebagai hidrologi tercatat seluas 156.906 ha terdiri dari hutan lindung 138.101 ha dan hutan produksi 18,805 ha. Sektor kehutanan ini sangat memungkinkan untuk pengembangan menjadi hutan wisata sebagai salah satu paket ekowisata/ekotourisme.
Menurut klasifikasi fungsi hutan, maka di Tana Toraja terdapat beberapa kawasan hutan yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi kawasan hutan wisata, yaitu: Kawasan Hutan wisata Nanggala dibagian Utara/Timur, Kawasan Hutan Wisata Mapongka di iselatan, Kawasan Hutan Wisata Messila di Barat serta Kawasan Hutan Rakyat yang tersebar diseantero kabupaten Tana Tnraja yang belum digunakan secara maksimal hingga saat ini.
Prospek hutan ini sangat menjanjikan untuk dijadikan kawasan wisata alam, seperti Trekking, kemping (bumi perkemahan), maupun ekowisata, sehingga dalam pengembangannya tidak perlu merusak lingkungan/ekosistem yang ada bahkan bisa ditingkatkan sebagai kawasan wisata pendidikan lingkungan hidup.
SUNGAI
Keberadaan sungai di Tana Toraja sangat potensial untuk dikembangkan bagi kepentingan pariwisata tirta dan alam, selain airnya yang jernih juga memiliki alur Sungai yang sangat menarik dan menantang. Sehingga sungai di Tana Toraja sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai sarana wisata Tirta/alam dan Rafting (Arung Jeram). Sungai yang teridentifikasi potensi wisata adalah Sungai Sa'dan, Sungai Mai'ting, Sungai Saluputti, Sungai Maulu, Sungai Toriu, Sungai Sarambu.
FLORA dan FAUNA
Jenis Flora yang ada di kabupaten Tana Toraja adalah Flora Endemik dan Flora hasil budidaya. Flora Eademik antara lain uru, nato buangin, enau dan berbagai jenis bambu, kopi arabika dan terung toraja. Sedangkan Flora yang dibudidayakan antara lain cemara, padi, ubi kayu, markisa, kentang, tomat, bawang, kubis, cengkeh, kakao, dan lain-lain. Kedua jenis Flora yang ada tersebut sangat berpotensi serta memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, misalnya: kopi jenis arabika, bambu dan buah markisa.
Adapun faunanya yang dapat ditemui antara lain musang, anoa. kuskus, babi hutan, rusa, kerbau, berbagai jenis burung seperti burung hantu, gagak, ranggong, bangau dan lain lain.
No comments:
Post a Comment