Google

Friday, December 15, 2006

Tempat wisata di Tana Toraja 2

MARANTE
Pada mulanya Desa Tondon lasim disebut Mesa' Ba'bana Tondon Apa' Tepona Padang, yaintu Tondok Batu, Siba'ta, Kondo' dan Langi'. Sangpulo dua Karopi'na itulah Desa Tondon, yang dipimpin oleh dua pemangku adat yang lazim disebut Toparenge', yaitu Marante dan Barang Bua'.
Fungsi Toparenge' disini adalah memimpin segala kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat baik itu upacara pesta syukur (Rambu Tuka') maupun upacara pesta pemakaman (Rambu Solo'), juga penentu kebijakan-kebijakan yang berlaku dalam masyarakat.
Seiring dengan kemajuan pembangunan dan terpilihnya Tana Toraja sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia. Sejak itu juga Marante terpilih sebagai salah satu objek wisata yang ada di Tana Toraja, karena Marante mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak pada jalan poro dari Makassar ke Palopo dan letaknya tidak jauh dari kota Rantepao yang jaraknya kira-kira 4 km. Disamping itu Marante mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing yang datang berkunjung ke Marante, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara/domestik.
Objek wisata Marante memiliki banyak daya tarik peninggalan-peninggalan kuno yaitu berupa;
- Rumah adat (rumah tongkonan)- Patung-patung (tau-tau)- Erong- Kuburan batu/liang pahat- Patane (kuburan kayu)
Dan masih banyak lagi pemandangan yang bisa memikat hati wisatawan.Demikianlah sekelumit sejarah singkat dan daya tarik objek wisata Marante.Tau-tau adalah patung yang menggambarkan si mati. Pada pemakaman golongan bangsawan atau penguasa / pemimpin masyarakat muka salah satu unsur Rapasan (pelengkap upacara acara adat), ialah pembuatan tau-tau. Tau-tau ini dibuat dari kayu nangka yang kuat yang pada saat penebangannya dilakukan secara adat. Mata yang hitam dibuat dari tulang dan tanduk kerbau. Tau-tau tersebut diatas terdapat di Toraja yakni tempat pekuburan di dinding berbatu.



BORI
Objek wisata utama adalah rante (tempat upacara pemakaman secara adat yang dilengkapi dengan seratus buah menhir / megalit), dalam bahasa Toraja disebut simbuang batu. Seratus dua (102) batu menhir yang berdiri dengan megah terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah ukuran sedang dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat yang sama. Penyebab perbedaan adalah situasi dan kondisi pada saat pembuatan / pengambilan batu, misalnya; masalah waktu, kemampuan biaya dan situasi pada masa kemasyarakatan. Megalit / simbuang batu hanya diadakan bila seorang pemuka masyarakat yang meninggal dunia dan upacaranya dilaksanakan dalam tingkat Rapasan Sapurandanan (kerbau yang dipotong sekurang-kurangnya 24 ekor).
Pada tahun 1657 Rante Kalimbuang mulai digunakan pada Upacara Pemakaman Ne'Ramba' dimana 100 ekor kerbau dikorbankan dan didirikan dua simbuang batu. Selanjutnya paad tahun 1807 pada acara pemakaman Tonapa Ne'Padda' didirikan 5 buah simbuang batu, sedang kerbau yang dikorbankan sebanyak 200 ekor. Ne'Lunde yang pada upacaranya dikorbankan lebih dari 100 ekor kerbau didirikan 3 buah Simbuang Batu.
Selanjutnya berturut-turut sejak tahun 1907, banyak Simbuang Batu didirikan dalam ukuran besar, sedang, kecil dan secara khusus pada pemakaman almarhumah Lai Datu (Ne' Kase') pada tahun 1935 didirikan satu buah simbuang batu yang terbesar dan tertinggi. Simbuang batu yang terakhir adalah pada upacara pemakaman almarhum Sa'pang (Ne'Lai) pada tahun 1962.
Dalam kompleks Rante Kalimbuang tersebut terdapat juga hal-hal yang berkaitan dengan upacara pemakaman yaitu:
Lakkian yaitu persemayaman jenazah selama upacara dilaksanakan di Rante Balakkayan yaitu panggung tempat membagi daging secara adat Sarigan yaitu usungan jenasah Langi' yaitu bangunan induk menaungi sarigan Liang Pa' / kuburan batu yang dipahat.


BATUTUMONGA
Berlokasi di daerah Sesean yang beriklim dingin, sekitar 1300 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini terdapat 56 menhir batu dalam sebuah lingkaran dengan lima pohon kayu ditengahnya. kebanyakan dari betu menhir itu berukuran dua sampai tiga meter tingginya. Pemandangan yang sangat mempesona di atas Rantepao dan lembah disekitarnya, dapat dilihat dari tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi.

PALAWA'
Dahulu kala seorang lelaki dari Gunung Sesean bernama "Tomadao" bertualang. Dalam petualangallnya ia bertemu dengan seorang gadis dari gunung Tibembeng bernama "Tallo Mangka Kalena". Mereka kemudian menikah dan bermukim di sebelah timur desa Palawa' sekarang ini yang bernama Kulambu. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki bernama Datu Muane' yang kemudian menikahi seorang wanita bernama Lai Rangri'. Kemudian mereka beranak pinak dan mendirikan sebuah kampung yang sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan. Apabila ada peperangan antara kampung dan ada lawan yang menyerang dan dikalahkan/dibunuh, maka darahnya diminum dan dagingnya dicincang dan disebut Pa'lawak. Pada pertengahan abad ke 11 berdasarkan musyawarah adat disepakati mengganti nama Pa'lawak menjadi Palawa'. Palawa' sebagai suatu kompleks perumahan adat. Dan bukan lagi daging manusia yang dimakan, tetapi diganti dgn ayam, dan disebut Pa'lawa' manuk.
Keturuan Datu Muane secara berturut-turut membangun tongkonan di Palawa'.Sekarang ini terdapat sebelas tongkonan (rumah adat) yang urutannya sebagai berikut (dihitung dari sebelah barat):1. Tongkonan Salassa' dibangun oleh Salassa'2. Tongkonan Buntu dibangun oleh Ne' Tatan3. Tongkonan Ne' Niro dibangun oleh Patangke dan Sampe bungin4. Tongkonan Ne' Darre dibangun oleh Ne' Matasik5. Tongkonan Ne' Sapea dibangun oleh Ne' Sapiah6. Tongkonan Katile dibangun oleh Ne' Pipe7. Tongkonan Ne' Malle dibangun oleh Ne' Malle8. Tongkonan Sasana Budaya dibangun oleh Ne' Malle9. Tongkonan Bamba II dibangun oleh Patampang10. Tongkonan Ne' Babu' dibangun oleh Ne' Babu'11. Tongkonan Bamba I dibangun oleh Ne' Ta'pare
Sebagaimana layaknya tongkonan di Tana Toraja, maka tongkonan Palawa' juga memiliki rante yang disebut Rante Pa'padanunan dan liang tua (kuburan batu) di Tiro Allo dan Kamandi. Selain Tongkonan juga dibangun lumbung atau alang sura' (tempat menyimpan padi) sebanyak 5 buah.


LOMBOK PARINDING
Kuburan Erong Lombok Parinding adalah merupakan salah satu objek wisata yang menarik karena mempunyai daya tarik tersendiri seperti Erong yang unik dan antik, yang terletak di Dusun Parinding Matampu Kecamatan Sesean, kurang lebih 7 km dari kota Rantepao ke utara.
Lombok Parinding pertama kali ditempati oleh salah seorang yang bernama Tomangli anak dari suami istri Bongga Tonapo dan Datu Banua sekaligus cucu dari suami istri Palairan dan Patodemmanik dan disitulah mereka menetap mendirikan rumah sambil bertani-sawah.
Selanjutnya Tomangli melahirkan 8 orang dan anak Tomangli berkembang biak sampai sekarang (keturunan yang ke 7).
Melihat dan memperhatikan serta menghitung-hitung umur dan kuburan erong Lombok Parinding mulai dari ke 8 orang anak-anak Tomongli sudah berumur kurang lebih 700 tahun.
Demikianlah sejarah singkat kuburan erong Lombok Parinding. Semoga sejarah singkat ini dapat bermanfaat bagi wisatawan dan dapat dijadikan sebagai bahan informasi.

BUNTU PUNE
Objek wisata Buntu Pune terletak ± 3 km arah selatan jurusan Ke'te' Kesu', Buntu Pune adalah salah satu pemukiman yang dibangun oleh Pong Maramba' disekitar tahun 1880 dan merupakan pusat pemerintahannya setelah menjadi Parengnge' di wilayah Kesu' dan Tikala. Pada lokasi tersebut terdapat beberapa lumbung dan tongkonan yang dipindahkan dari daerah perbukitan dan lereng-lereng gunung batu oleh generasi berikutnya serta dibangun bertipe pemukiman orang Toraja zaman dulu yang bernuansa exklusif, sukar dicapai musuh karena pos-pos pengintaian yang berlapis-lapis serta didukung oleh situasi alam di sekitarnya. Buntu Pune didukung oleh latar belakang batu cadas dimana pada dinding-dinding batu tersebut terdapat gua-gua alam yang juga dimanfaatkan untuk kuburan-kuburan leluhur. Dengan demikian kita banyak menjumpai erong (peti mayat purba) di dalam liang-liang tersebut. Di lokasi tersebut terdapat juga patane (kuburan dari semen) di puncak gunung batu yang dibuat sekitar tahun 1918 dan sampai saat ini masih digunakan.
Buntu Pune sampai sekarang masih terpelihara dengan baik dan termasuk salah satu situs peninggalan sejarah dan kepurbakalaan pada suaka peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi Selatan dan Tenggara.

TO'BARANA' SA'DAN
Di lokasi To'Barana pada mulanya dilili' atau dibentuk oleh nenek moyang keluarga To'Barana' yang bernama Langi' Para'pak yang dijadikan perkampuang keluarga yang luasnya kira-kira 300 x 150 meter dan mendirikan sebuah rumah tongkonan keluarga yang dinamai tongkonan To'Barana'. Dibaharui oleh leluhur To'Baraba' bernama Puang Pong Labba kira-kira dua abad yang lalu dan kemudian dibaharui pula oleh keluarga Puang Pong Padata pada tahun 1959, dimana lokasi dan rumah tongkonan tersebut diwariskan kepada turun temurunnya sampai dewasa ini dan sudah menjadi objek wisata pertenunan asli.
Lokasi tersebut di pinggir sungai Sa'dan dan dikelilingi sungai Sa'dan yang berbentuk huruf "S" itulah sebabnya To'Barana' adalah pusat Sa'dan.

4 comments:

Agus Amar Mizwar said...

Salam Blogger Indonesia, blogwalking ya... dan sukses selalu untuk Anda!
jabat tangan erat salam penuh damai!

Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang

tiket pesawat murah said...

belum prnah ksana...liburan taon depan kesana..

Ruben Sukatendel said...

ulasan Toraja yang menarik. kemaren bulan November 2010 saya sudah berkunjung ke Toraja, semoga tulisannya dapat segera terealisasi di blog jejak backpacker

Soedarman Husaeni said...

Info mengenai torajanya sangat menarik..... sukses selalu